Bedah Saham BMBL Sell-Off, Apa Penyebabnya?

Setelah menyimak bedah saham LAJU yang IPO baru-baru ini, kali ini Anda bisa simak bahasan tentang bedah saham BMBL (PT Lavender Bina Cendekia Tbk). Terlebih lagi, saham BMBL terus menunjukkan tren penurunan pasca IPO, meskipun sejatinya sudah longsor lebih dulu.

Saat IPO berlangsung, perusahaan menerbitkan 280 juta lembar saham baru atas nama pada harga Rp188 per lembar, yang nilainya sama dengan 27,18% modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan. Alhasil, perusahaan direncanakan mampu menghimpun nilai pendanaan hingga Rp 52,64 miliar.

Aroma Financial Engineering dalam Performa

Investor perlu mencermati beberapa langkah manuver perusahaan, yang terlihat begitu mencolok dan nyata begitu prospektus IPO BMBL dibedah dengan seksama. Hal pertama yang diidentifikasi dalam bedah saham BMBL adalah kenaikan aset dan permodalan yang mengalami kenaikan signifikan dalam kurun 3 tahun.

Meskipun terlihat menjanjikan, ada aroma financial engineering dalam tren yang tertuang di dalam prospektus. Total aset dari 2020 ke 2021 tercatat mengalami peningkatan 2 kali, dan dari 2021 ke 2022 peningkatannya 4,4 kali.


Setelah diusut, rupanya kenaikan aset dari 2020 ke 2021 disebabkan penahanan seluruh laba bersih perusahaan yang mencapai angka Rp 2,13 miliar. Di samping itu, kenaikan aset juga terjadi lantaran kenaikan perangkat lunak yang memengaruhi nilai aset tak berwujud neto. 

Sedangkan kenaikan aset di tahun 2022 disebabkan tambahan setoran modal, yang berasal dari pembagian dividen saham kepada Galih Pandekar (Rp 3,575 miliar) dan Aulia Firdaus (Rp 2,925 miliar), serta penambahan setoran modal dari PT Sentra Investa Maksima (Rp 12,65 miliar) dan PT Ammar Al Amanah (Rp 10,35 miliar)/  Penambahan modal tersebut berdampak pula pada kenaikan kas dan setara kas, serta kenaikan ekuitas perusahaan.

Melihat timing-nya, nampak jelas bahwa aksi penambahan modal tersebut memang dilakukan agar BMBL go public — tanpa adanya setoran modal, nilai ekuitas BMBL sangat kecil sehingga sulit go public. Bahkan setelah mendapat setoran modal BMBL masih di papan akselerasi.

Strategi Pricing Harga Saham

Selain itu, pricing harga saham juga wajib diperhatikan para calon investor. Anda bisa pakai model valuasi Price to Earnings Ratio (PER), karena tidak ada emiten pembanding lain di sektor yang sama.

Per Mei 2022, BMBL melaporkan laba bersih Rp 4,14 miliar. Dengan estimasi disetahunkan (annualized), simpelnya BMBL berpotensi menghasilkan laba bersih Rp 7,1 miliar. Kalau saham outstanding mencapai Rp 1,03 miliar, artinya laba per saham tahun 2022 berpotensi menyentuh angka Rp6,9. Dengan harga IPO sebesar Rp188, artinya rasio PER-nya adalah 27,3 kali ketika IPO berlangsung.


Mungkin agak slit membandingkan harga saham IPO BMBL karena belum ada perusahaan sejenis yang melantai di bursa. Tapi jika saham yang dilepas adalah 27,18% dengan pendanaan hingga Rp 52,64 miliar, padahal modalnya hanya Rp 30,5 miliar, tentu saja hal tersebut terbilang aneh.

Sebelum IPO, BVPS ada di Rp41/lembar. Sementara saat IPO, harganya adalah Rp188/lembar, artinya harga jual saham saat IPO nyaris 5 kali lipat dari BVPS. Jika disingkat, bedah saham BMBL menunjukkan harga saham IPO BMBL terlalu mahal. Makanya, tak heran kalau harganya terus mengalami ARB sejak listing. Bahkan nilai kapitalisasi pasar BMBL sejak IPO menyusung 47% — setelah anjlok pun harganya masih terlalu mahal.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama